BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Paru adalah struktur elastik yang
dibungkus dalam sangkar thoraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan
dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua, merupakan alat
pernafasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan
kiri dan ditengah
dipisahkan oleh jantung beserta
pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam
mediastinum. Paru-paru (Bahasa Inggris: Lung, dari kata Latin pulmones
untuk paru-paru.) adalah organ utama pada sistem pernapasan (respirasi) dan
berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) dan juga sistem ekskresi.
Fungsinya adalah untuk menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari
darah atau sering disebut “bernapas”. Pada umumnya paru-paru terdapat pada
hewan mamalia termasuk juga manusia. Sel-sel tubuh terus
menerus menggunakan oksigen untuk reaksi metabolik yang melepaskan energi dari
molekul nutrien dan menghasilkan ATP. Pada waktu yang sama, reaksi tersebut
melepaskan karbondioksida. Konsumsi oksigen dan produksi karbondioksida terjadi
di dalam mitokondria seiring dengan terjadinya respirasi seluler. Jumlah
karbondioksida yang berlimpah menghasilkan keasaman yang bersifat racun bagi
sel tubuh, maka karbondioksida yang berlimpah tersebut harus dibuang dengan
cepat dan berhasil guna. Dua sistem yang memasok oksigen dan membuang
karbondioksida adalah sistem kardiovaskular dan sistem respiratori. Sistem
respiratori memberikan pertukaran gas, mengambil oksigen dan membuang karbondioksida,
sedangkan sistem kardiovaskuler mengangkut gas dalam darah antara paru dan
sel-sel tubuh. Kesalahan kerja salah satu dari kedua sistem tersebut berakibat
sama pada tubuh yaitu kekacauan homeostasis dan kematian sel-sel dari
kekurangan oksigen, serta terbentuknya hasil limbah (Soewolo, et
a.l 1999). Sistem respirasi melibatkan sejumlah organ seperti hidung,
mulut, faring, trachea, bronchus, dan paru. Fungsi sistem respirasi adalah
memfasilitasi pertukaran gas antara atmosfer, paru-paru dan sel-sel jaringan
dalam tubuh (Anonim 2008c). Tiga proses dasar terlibat dalam pertukaran gas
tersebut. Proses pertama ventilasi paru adalah pengaturan inspirasi dan
ekspirasi udara antara atmosfer dan paru. Proses kedua respirasi eksternal
(respirasi paru) adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara paru dan
kapiler darah paru. Proses ketiga respirasi internal (respirasi jaringan)
adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara kapiler darah jaringan dan
sel-sel jaringan (Ganong, 1995).
Paru-paru
berfungsi dalam pertukaran gas antara udara luar dan darah yaitu oksigen dari
udara masuk ke darah, dan karbondioksida dari darah ke luar ke udara. Proses
pertukaran gas terjadi melalui lapisan yang terdiri dari epitel alveoli,
membran basalis, cairan antarsel endotel kapiler, plasma, membran sel darah
merah, dan cairan intrasel darah merah. Di samping itu, terdapat selapis cairan
tipis surfaktan di permukaan alveoli yang menjaga supaya alveoli tetap
menggelembung. Proses pertukaran gas terjadi secara pasif, bergantung kepada
selisih bagian gas yang ada di tiap kompartemen. Proses pertukaran gas terjadi
dengan cara difusi (Setiadji, et al. 2008). Jenis
pekerjaan tertentu dan perbedaan ketinggian tempat, apabila tidak disesuaikan
dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada sistem pernapasan, sehingga proses
ventilasi, proses difusi dan proses perfusi (pemberian darah) dalam sistem
pernapasan dapat terganggu. Oleh karena itu, seseorang dalam kondisi pekerjaan
tertentu atau berada pada tempat dengan perbedaan ketinggian, perlu melakukan
proses penyesuaian (aklimatisasi) agar tidak terjadi perubahan- perubahan
patofisiologi pada sistem pernapasannya.
B.
Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian paru-paru ?
2. Apa saja fungsi paru-paru ?
3. Sebutkan bagian-bagian paru-paru ?
4. Pada kondisi olahraga/latihan
(exercise) ?
5. Respirasi pada kondisi ketinggian
yang berbeda ?
6. Kondisi penyelaman ?
7. Respirasi pada tempat tinggi ?
8.
Cara Menjaga Paru-Paru ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian paru-paru
2. Mengetahui fungsi-fungsi paru-paru
3. Mengetahui bagian-bagian paru-paru
4. Mengetahui Pada kondisi
olahraga/latihan (exercise) ?
5. Mengetahui Respirasi pada kondisi
ketinggian yang berbeda ?
6. Mengetahui Kondisi penyelaman ?
7. Mengetahui Respirasi pada tempat
tinggi ?
8.
Mengetahui Cara Menjaga Paru-Paru ?
BAB
II
PEMBAHASAN
Paru-paru
terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh struktur tulang
selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma.
Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560
gram. Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan
pembuluh-pembuluh besar serta struktur-struktur lain di dalam rongga dada.
Selaput yang membungkus paru-paru disebut pleura. Paru-paru terbenam bebas dalam
rongga pleuranya sendiri. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi dua yaitu:
- Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru.
- Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat
ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura
ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat
sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura,
menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan
bernafas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar
dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas
(lobus superior), gelambir tengah (lobus medius), dan gelambir bawah (lobus
inferior). Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir
atas (lobus superior) dan gelambir bawah (lobus inferior). Tiap-tiap lobus
terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai
sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima buah
segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah
segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah
segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya
dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf,
dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus,
bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
Paru-paru merupakan sebuah alat
tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli, atau
alveolus). Pada gelembung inilah terjadi pertukaran udara di dalam darah, O2
masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Gelembung
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700juta buah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin
negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan semakin besar. Ada
dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan berbentuk
skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu
pneumosit granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II
inilah yang memproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan mencegah kolapnya
alveolus.
B.
Fungsi Paru-Paru
Paru-paru
berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbondioksida yang tidak dibutuhkan
tubuh. Selain itu masih banyak lagi fungsi paru-paru diantaranya sebagai
penjaga keseimbangan asam basa tubuh. bila terjadi acidosis, maka tubuh akan
mengkompensasi dengan mengeluarkan banyak karbondioksida yang bersifat asam ke
luar tubuh. Dalam sistem
ekskresi, fungsi
paru-paru adalah untuk mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Dalam sistem
pernapasan, fungsi
paru-paru adalah untuk proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam
darah. Dalam sistem peredaran darah, fungsi paru-paru adalah untuk membuang
karbondioksida di dalam darah dan menggantinya dengan oksigen.
Didalam paru-paru terjadi proses
pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen,
sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh
yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air
dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung.
C.
Bagian-Bagian Paru-Paru
Berikut
adalah bagian-bagian paru-paru. Semua penjelasannya menggunakan Bahasa
Indonesia.
sistem pernapasan tersebut, kita
dapat menyimpulkan bahwa paru-paru terdiri dari:
- Trakea
- Bronkus
- Rongga pleura
- Paru-paru kanan
- Paru-paru kiri
- Tulang rusuk
- Otot intercosta
- Diafragma
Berikut adalah penjelasan dari
beberapa bagian penting paru-paru:
- Trachea atau batang tenggorokan berupa pipa tempat lalunya udara. Udara yang dihirup dari hidung dan mulut akan ditarik ke trachea menuju paru-paru.
- Bronchi merupakan batang yang menghubungkan paru-paru kanan dan kiri dengan trachea. Udara dari trachea akan di bawa keparu-paru lewat batang ini.
- Bronchioles merupakan cabang-cabang dari bronchi berupa tabung-tabung kecil yang jumlahnya sekitar 30.000 buah untuk satu paru-paru. Bronchioles ini akan membawa oksigen lebih jauh ke dalam paru-paru.
- Alveoli merupakan ujung dari bronchioles yang jumlahnya sekitar 600 juta pada paru-paru manusia dewasa. Pada aveoli ini oksigen akan didifusi menjadi karbondioksida yang diambil dari dalam darah.
D.
Pada Kondisi Olahraga/Latihan
(Exercise)
Latihan/olahraga yang dilakukan dengan level yang tinggi
dapat mengakibatkan stress yang ekstrim pada tubuh. Perbandingannya sebagai
berikut seorang yang sakit demam akan mengalami peningkatan metabolisme 100% di
atas normal, tetapi seorang atlete maraton metabolisme di dalam tubuhnya akan
meningkat 2000% di atas normal (Suleman, 2006). Ventilasi paru-paru umumnya
diketahui mempunyai hubungan linear dengan konsumsi oksigen pada tingkat
latihan yang berbeda. Pada saat latihan yang intensif
konsumsi oksigen akan meningkat. Seorang atlet yang latihan teratur mempunyai kapasitas
paru yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang tidak pernah berlatih
(Adegoke and Arogundade, 2002). Nilai ventilasi paru pada saat istirahat,
latihan sedang dan berat dapat dilihat pada tabel berikut :
Gambar
6. Nilai ventilasi paru pada saat istirahat, latihan sedang dan berat (Sumber :
Anonim, 2008d)
Pada
kondisi normal laju respirasi selama istirahat dalam lingkungan termonetral
yaitu 12 kali/menit, dan tidal volume 500 ml. Dengan demikian volume udara
pernapasan dalam satu menit (minute ventilation) sama dengan 6 liter. Namun
pada saat latihan yang intesif laju respirasi meningkat 35-45 kali/menit. Pada
seorang atlet yang terlatih laju respirasi dapat mencapai 60-70 kali/menit
selama latihan maksimal. Tidal volume juga meningkat 2 liter atau lebih selama
latihan. Pada atlet pria, ventilasi paru dapat meningkat 160 liter/menit selama
latihan maksimal(Anonim, 2008d). Beberapa penelitian melaporkan bahwa volume
ventilasi paru dalam satu menit dapat mencapai 200liter, bahkan pada atlet football
profesional dapat mencapai 208 liter (Wilmore dan Haskel, 1972).
Terdapat hubungan yang kecil antara
volume dan kapasitas paru dengan bermacam-macam jenis olah raga. Seperti pada
pelari maraton dibandingkan dengan yang bukan pelari dengan ukuran tubuh yang
sama, tidak ada perbedaan yang nyata untuk nilai fungsi paru (seperti dilihat
pada tabel di bawah). Lebih besarnya volume paru dan kemampuan respirasi pada
seorang atlet dimungkinkan karena faktor genetik. Beberapa peningkatan fungsi
paru merupakan refleks kekuatan otot paru-paru terhadap latihan yang spesifik
(Anonim, 2008d)
Gambar
7. Hasil pengukuran anthropometrik tubuh, fungsi paru, dan ventilasi paru dalam
satu menit 14 Volume paru berhubungan dengan ukuran badan, dimana seorang yang
tubuhnya besar mempunyai paru yang besar (Brian, 2004). Volume paru ditentukan
juga oleh luas permukaan tubuh untuk pertukaran gas. Salah satu kemungkinannya
adalah volume paru dan luas permukaan yang besar dapat memberikan keuntungan
untuk pertukaran gas pada saat latihan aerobic. Namun hal tersebut tidak
terlihat pada kasus tertentu, seperti pelari marathon mempunyai volume paru
yang tidak berbeda dengan seorang yang bukan pelari dengan ukuran tubuh yang
sama (Brian, 2004). Luas permukaan paru yang besar ditemukan pada seorang yang
memerlukan pertukaran gas lebih banyak, seperti pada atlet perenang mempunyai
volume paru yang besar dibandingkan dengan bukan perenang. Volume paru yang
besar pada seorang perenang mungkin karena perubahan adaptif pada saat respirasi
(Brian, 2004).
E.
Respirasi Pada Kondisi Ketinggian
Yang Berbeda
Pengetahuan terapan hukum-hukum fisika yang berhubungan
sistem pernapasan pada kondisi ketinggian tertentu (penyelaman, penerbangan dan
puncak gunung) adalah sangat penting. Hal tersebut disebabkan perubahan sifat
atmosfer pada ketinggian tertentu dapat merugikan faal tubuh khususnya dan
kesehatan pada umumnya (Danusastro, 2008). Hukum gas berguna untuk menjelaskan
gangguan fisiologi pada penerbangan atau penyelaman (Anonim 2008a; Danusastro,
2008).
1).
Hukum Difusi Gas
Hukum
difusi gas ini penting untuk menjelaskan pernapasan, baik pernapasan luar
maupun dalam. Hukum ini mengatakan bahwa gas akan berdifusi
A
= jumlah gas yang larut
P
= takanan parsial gas pada pemukaan cairan
dari
tempat yang bertekanan parsialnya tinggi ke tempat yang tekanan parsialnya
rendah. Selanjutnya kecepatan berdifusi ditentukan oleh besarnya selisih
tekanan parsial tersebut dan tebalnya dinding pemisah.
2)
Hukum Boyle
Hukum
ini penting untuk menjelaskan masalah penyakit dekompresi. Hukum Boyle ini
mengatakan bahwa apabila volume suatu gas tersebut berbanding terbalik dengan
tekanannya.
P.V
= C P = pressure atau tekanan; C = constant atau tetap; V = volume atau isi
3)
Hukum Dalton
Hukum
ini penting untuk menghitung tekanan parsial gas delam suatu campuran gas,
misalnya menghitung tekanan parsial oksigen dalam udara pernapasan pada
beberapa ketinggian guna menjelaskan hipoksia. Hukum ini mengatakan bahwa
tekanan total suatu campuran gas sama dengan jumlah tekanan parsial gas-gas
penysusn campuran tersebut.
Pt = P1 + p2 + .... + Pn
|
Pt = tekanan total campuran gas
|
P1, P2 dan seterusnya adalah tekanan parsial
|
|
masing-masing gas
|
|
4. Hukum Henry
|
Hukum
ini penting untuk menjelaskan penyakit dekompresi, seperti bends, chokes, dan
sebagainya yang dasarnya adalah penguapan gas yang larut. Hukum ini mengatakan
bahwa jumlah gas yang larut dalam suatu cairan tertentu berbanding lurus dengan
tekanan parsial gas tersebut pada permukaan cair tersebut.
A1
x P2 = A2 x P2
5.
Hukum Charles
Hukum
ini penting untuk menjelaskan tentang turunnya tekanan oksigen atau
berkurangnya persediaan oksigen bila isi tetap, maka tekanan gas tersebut
berbanding lurus denan suhu absolutnya. Jadi apabila seseorang membawa oksigen
dalam botol pada penerbangan tinggi, suhunya akan lebih rendah, maka tekanan
gas tersebut akan menurun pula atau dengan kata lain persediaan oksigen akan
berkurang. Bila isi tetap:
P1
: P2 = T1 : T2 P1 = Tekanan semula
P2
= tekanan yang baru
T1
= takanan absolut mula-mula
T2
= Suhu absolut kemudian
F.
Kondisi Penyelaman
Bernapas merupakan sesuatu hal yang sangat penting pada
kehidupan, terutama bagi seorang penyelam. Pada saat penyelaman tekanan
atmosfer di permukaan laut dengan di dalam laut berbeda. Tekanan atmosfer akan
menurun pada ketinggian karena atmosfir diatasnya berkurang, sehingga udara pun
berkurang. Demikian sebaliknya tekanan akan meningkat bila seorang menyelam di
bawah permukaan air. Hal tersebut disebabkan perbedaan berat dari atmosfir dan
berat dari air di atas penyelam. Berdasarkan hukum pascal yang menyatakan bahwa
tekanan terdapat di permukaan cairan akan menyebar ke seluruh arah secara
merata dan tidak berkurang pada setiap tempat di bawah pemukaan laut. Tekanan
akan meningkat sebesar 760 mmHg (1 atmosfir) untuk setiap kedalaman 10 m (33
kaki). Satuan-satuan dari jumlah tekanan adalah atmosfir absolut (ATA),
sedangkan ukuran tekanan (Gauge Pressure) menunjukkan tekanan yang terlihat pada
alat pengukur dimana terbaca 0 pada tingkat permukaan, karena tekanan tersebut
selalu 1 atmosfer lebih rendah daripada tekanan absolut (Anonim, 2008a).
Tabel
1. Ukuran tekanan pada berbagai kedalaman
Kedalaman
(depth) Tekanan Absolut (Gauge Pressure)
Dipermukaan
|
1 ATA
|
0 ATG
|
10 meter
|
2 ATA
|
1 ATG
|
20 meter
|
3 ATA
|
2 ATG
|
30 meter
|
4 ATA
|
3 ATG
|
Seorang penyelam yang menghirup napas penuh di permukaan
akan merasakan paru-parunya semakin lama semakin tertekan oleh air di
sekelilingnya sewaktu penyelam tersebut turun. Sebelum penyelaman, tekanan
udara di dalam paru-paru seimbang dengan tekanan udara atmosfer, yang rata-rata
760 mmHg atau 1 atmosfer pada permukaan laut. Namun pada saat menyelam, udara
mengalir ke dalam paru, tekanan udara di dalam paru harus lebih rendah daripada
tekanan udara atmosfer. Kondisi tersebut diperoleh dengan membesarnya volume
paru. Menurut hukum Boyle tekanan gas di dalam tempat tertutup berbanding
terbalik dengan besarnya volume. Bila ukuran tempat diperbesar, tekanan udara
di dalamnya turun. Bila ukuran diperkecil, tekanan udara di dalamnya naik.
Hukum Boyle berlaku terhadap semua gas-gas di dalam ruangan-ruangan tubuh
sewaktu penyelam masuk ke dalam air maupun sewaktu naik ke permukaan (Anonim,
2008a).
Sebagai contoh, apabila seorang penyelam Scuba menghirup
napas penuh (6 liter) pada kedalaman 10 meter (2 ATA), menahan napasnya dan
naik ke permukaan (1 ATA), udara di dalam dadanya akan berlipat ganda volumenya
menjadi 12 liter, maka penyelam tersebut harus menghembuskan 6 liter udara18
selagi naik untuk menghindari agar paru-parunya tidak meledak. Sesuai hokum Boyle
maka perhitungannya sebagai berikut :
P1V1 = P2V2
|
P1V1 = 2 x 6
|
||
P1 = 2 ATA
|
V2
|
= 12
|
|
V1
|
= 6 liter
|
1
|
|
P2 = 1 ATA
|
V2
|
= 12 liter
|
|
V2
|
= ?
|
Di
permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-kira 1 liter larutan
nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai kedalaman 10 meter (2 ATA)
tekanan parsial dari nitrogen yang dihirupnya menjadi 2 kali lipat dan akhirnya
yang terlarut dalam jaringan juga menjadi 2 kali lipat (2 liter). Waktu sampai
terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan dan
pada kecepatan suplai gas ke dalam jaringan oleh darah. Hal tersebut sesuai
dengan hukum Henry yang menyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas yang
terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan partial dari gas
tersebut di atas cairan (Anonim, 2008a).
Pada kondisi di atas permukaan laut gas nitrogen terdapat
dalam udara pernapasan sebesar 79%. Nitrogen tidak mempengaruhi fungsi tubuh
karena sangat kecil yang larut dalam plasma darah, sebab rendahnya koefisien
kelarutan pada tekanan di atas permukaan laut. Tetapi bagi seorang penyelam
Scuba atau pekerja Caisson (pekerja pembangun saluran di bawah air) yang berada
pada kondisi udara pernapasan di bawah tekanan tinggi, jumlah nitrogen yang
terlarut dalam plasma darah dan cairan interstitial sangat besar. Hal tersebut
mengakibatkan pusing atau mabuk, yang disebut dengan gejala nitrogen narcosis (Soewolo,
et al. 1999). Bila seorang penyelam di bawa ke permukaan perlahan-lahan,
nitrogen terlarut dapat dihilangkan melalui paru. Namun demikian bila seorang
penyelam naik ke permukaan dengan cepat, nitrogen keluar larutan dilepas
melalui respirasi dengan cepat sekali, malahan akan membentuk gelembung gas
dalam jaringan, yang mengakibatkan decompression sickness atau cassion atau cassion
bends. Penyakit ini khusus akibat dari adanya gelembung gas dalam jaringan
saraf, bisa pada tingkat sedang atau hebat bergantung pada jumlah gelembung gas
yang terbentuk. Gejalanya meliputi rasa sakit di persendian, terutama lengan
dan kaki, pening, napas pendek, sangat lelah, paralisis dan rasa tidak enak
badan. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara menaikkan secara perlahan ke atas
permukaan laut (Soewolo, et al. 1999).
G.
Respirasi Pada Tempat Tinggi
Tekanan barometer di berbagai ketinggian tempat berbeda.
Pada ketinggian permukaan laut tekanan barometer 760 mmHg, sedangkan pada
ketinggian 10.000 kaki di atas permukaan laut hanya 523 mmHg, dan pada 50.000
kaki adalah 87 mmHg. Penurunan tekanan barometer merupakan dasar penyebab semua
persoalan hipoksia pada fisiologi manusia di tempat tinggi. Hal tersebut dapat
dijelaskan bahwa seiring dengan penurunan tekanan barometer akan terjadi juga
penurunan tekanan oksigen parsial yang sebanding, sehingga tekanan oksigen
selalu tetap sedikit lebih rendah 20%-21% dibanding tekanan barometer total.
Jadi pada ketinggian permukaan laut total tekanan atmosfer 760 mmHg, ketika di
atas 12.000 kaki tekanan barometernya hanya 483mmHg Dalam hal ini terjadi
penurunan total tekanan atmosfer, yang berarti lebih sedikit 40% molekul per
pernapasan pada saat berada di tempat tinggi dibandingkan dengan permukaan laut
(Anonim, 2008c).
Apabila seseorang berada di tempat yang tinggi selama
beberapa hari, minggu, atau tahun, menjadi semakin teraklimatisasi terhadap
tekanan parsial oksigen yang rendah, sehingga efek buruknya terhadap tubuh
makin lama semakin berkurang.Proses aklimatisasi umumnya antara satu sampai
tiga hari (Anonim, 2008c). Prinsip-prinsip utama yang terjadi pada aklimatisasi
ialah peningkatan ventilasi paru yang cukup besar, sel darah merah bertambah
banyak, kapasitas difusi paru meningkat, vaskularisasi jaringan meningkat, dan
kemampuan sel dalam menggunakan oksigen meningkat, sekalipun tekanan parsial
oksigennya rendah (Guyton, 1994).
Aklimatisasi meliputi beberapa perubahan struktur dan fungsi
tubuh, seperti mekanisme kemoreseptor meningkat, tekanan arteri pulmonalis
meningkat. Selanjutnya tubuh memproduksi sel darah merah lebih banyak di dalam
sumsum tulang untuk membawa oksigen, tubuh memproduksi lebih banyak enzim 2,3-
biphosphoglyserate yang memfasilitasi pelepasan oksigen dari hemoglobin ke
jaringan tubuh. Proses aklimatisasi secara perlahan menyebakan dehidrasi,
urinasi, meningkatkan konsumsi alkohol dan obat-obatan. Dalam waktu yang lama
dapat meingkatkan ukuran alveoli, menurunkan ketebalan membran alveoli, yang
diikuti dengan perubahan pertukaran gas (Anonim, 2008b).
Setelah mengalami aklimatisasi seseorang di tempat yang
tinggi akan mengalami peningkatan kapasitas difusi oksigen. Kapasitas difusi
normal oksigen ketika melalui membran paru kira-kira 21 ml/mmHg/menit.
Kapasitas difusi tersebut dapat meningkat sebanyak tiga kali lipat selama
olahraga. Sebagian dari peningkatan tersebut disebabkan oleh volume darah
kapiler paru yang sangat meningkat. Sebagian lagi disebabkan oleh peningkatan
volume paru yang mengakibatkan meluasnya permukaan membran alveolus. Terakhir
disebabkan peningkatan tekanan arteri paru. Tekanan tersebut akan mendorong
darah masuk lebih banyak ke kapiler alveolus (Guyton, 1994).
Seorang atlete untuk kompetisi pada tempat dengan lokasi
ketinggian yang bervariasi perlu melakukan proses aklimatisasi sebelum
perlombaan. Seorang pemanjat gunung pada ketinggian sedang akan mengalami
penurunan tekanan atmosfer 7-8%. Orang tersebut akan mengalami penurunan
pemasukan oksigen sehingga diduga dapat menurunkan kekuatan otot 4-8%
tergantung durasi kompetisi. Hal tersebut tidak menguntungkan untuk mencapai
finis, apabila hal tersebut terjadi tanpa melakukan aklimatisasi terlebih
dahulu (Anonim, 2008c). Meskipun seorang atlete yang melakukan persiapan (exercise)
dan aklimatisasi dengan baik, tidak akan sama dengan penduduk asli di
pegunungan Andes, yang memiliki kapasitas dada yang besar, alveoli dan pembuluh
kapiler besar dan jumlah sel darah merah lebih banyak (Anonim, 2008c).
Aklimatisasi alami pada orang yang tinggal di tempat tinggi,
seperti penduduk yang tinggal di pegunungan Andes dan Himalaya (ketinggian
13.000- 19.000 kaki) mempunyai kemampuan yang sangat superior dalam hubungannya
dengan sistem respirasi, dibandingkan dengan penduduk dari tempat rendah dengan
kemampuan aklimatisasi yang terbaik tinggal di tempat tinggi. Proses
aklimatisasi tersebut telah dimulai semenjak bayi. Terutama ukuran dadanya
sangat besar, sedangkan ukuran tubuhnya sedikit lebih kecil, sehingga rasio
kapasitas ventilasi terhadap massa tubuh menjadi besar. Selain itu, jantungnya terutama
jantung kanan jauh lebih besar dari pada jantung orang yang tinggal di temapat
rendah. Jantung kanan yang besar tersebut menghasilkan tekanan yang tinggi
dalam arteri pulmonalis sehingga dapat mendorong darah melalui kapiler paru
yang telah sangat melebar (Guyton, 1994).
Pengangkutan oksigen oleh darah ke jaringan lebih mudah pada
orang yang telah teraklimatisasi di tempat tinggi. Tekanan parsial O2 pada
orang-orang yang tinggal di tempat tinggi hanya 40 mmHg, tetapi karena jumlah
haemoglobinnya lebih banyak, maka jumlah oksigen dalam darah arteri menjadi
lebih banyak dibanding oksigen dalam darah pada penduduk yang tinggal di tempat
yang rendah. Selanjutnya tekanan parsial O2 vena pada penduduk di tempat tinggi
15 mmHg lebih rendah daripada tekanan parsial O2 vena pada penduduk di tempat
rendah, sekalipun tekanan parsial O2 nya rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pengangkutan oksigen ke jaringan adalah lebih baik pada penduduk yang secara
alami telah mengalami aklimatisasi (Guyton, 1994).
H.
Cara Menjaga Paru-paru agar Tetap Sehat
Dewasa
ini kita menemukan banyak sekali orang yang menderita penyakit
paru-paru. Penyakit pada organ pernapasan ini terjadi karena beberapa
faktor yang sebenarnya merupakan sebuah akibat dari kelalaian dan gaya hidup
yang kurang sehat yang dapat dihindari jika seseorang mengerti dan mencintai
kesehatannya. Pada ulasan berikut ini kita akan bersama-sama membahas tentang
bagaimana cara menjaga paru-paru agar tetap sehat dengan cara-cara
alami.
Cara Menjaga Paru-Paru
- Jika anda menginginkan untuk memiliki paru-paru yang sehat maka yang harus anda lakukan pertama kali adalah dengan meninggalkan kebiasaan merokok. Rokok memiliki berbagai zat berbahaya layaknya nikotin yang dapat mengakibatkan berbagai kerusakan pada organ dalam tubuh kita layaknya jantung dan paru-paru.
- Udara yang bersih dan segar merupakan sebuah hal yang dapat menyehatkan paru-paru. Karenanya sangat penting untuk memiliki lingkungan dengan udara yang bersih dan rendah polusi. Hal ini bisa didapat dengan menanam pepohonan di sekitar tempat tinggal.
- Membiasakan olahraga secara teratur di pagi hari maupun di sore hari akan membuat tubuh menjadi lebih segar dan termasuk juga paru-paru akan menjadi lebih sehat dan segar.
- Asap kendaraan dan debu jalanan merupakan sebuah bahaya yang harus anda atasi saat berada di perjalanan. Oleh karena itu sangat disarankan untuk selalu mengenakan masker saat sedang berkendara ketika sedang melakukan perjalanan jauh. Hal ini sangat penting untuk anda perhatikan guna menghindari masuknya zat-zat berbahaya yang terdapat di jalanan ke dalam tubuh kita.
- Memakan makanan yang sehat. Buah dan sayur merupakan makanan yang sangat disarankan bagi semua orang. Karena buah dan sayur memiliki berbagai macam manfaat yang salah satunya adalah menguatkan fungsi paru-paru.
- Rumah sebagai tempat kita menghabiskan sebagian besar aktivitas sehari-hari membuatnya penting untuk diperhatikan. Rumah yang sehat untuk paru-paru adalah rumah yang memiliki sirkulasi udara yang baik dengan adanya ventilasi yang cukup.
- Selanjutnya anda juga perlu memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui keadaan paru-paru anda.
BAB III
PENUTUP
Sistem
pernapasan merupakan proses pertukaran gas yang terjadi di dalam tubuh, sangat
penting untuk kelangsungan hidup. Ventilasi paru mempertahankan konsentrasi
oksigen maksimum dan konsentrasi karbondioksida minimum di dalam alveoli.
Gas-gas berdifusi menuruni gradien tekan dalam paru-paru dan organ-organ lain.
Oksigen dan karbondioksida berdifusi dari tempat di mana tekanan parsialnya
lebih tinggi ke tempat di mana tekanan parsialnya lebih rendah. Seorang atlete
harus melakukan aklimatisasi sebelum latihan untuk penyesuaian sistem
pernapasannya, agar tidak terjadi gangguan pada struktur ataufungsi fisioogis
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Adegoke
OA, Arogundade O. 2002. The effect of chronic exercise on lung function and
basal metabolic rate some Nigerian athlete. African Journal of Biomedical
Research. 5: 9-11.
Amonette
WE, Dupler TL. 2002. The effect of respiratory muscle training on VO2 max, the
ventilatory threshold and pulmonary function. J. of Exercise Physiology online.
5(2):29-35.
Anonim.
2008a. Menyelam. www.coremap.or.id/downloads/ menyelam_ 1158562081.pdf
Anonim.
2008b. The effect of altitude oh human physiology.
Anonim.
2008c. Respiratory system. http://www.brianmac.co.uk./physiollr.html
Anonim.
2008d. Pulmonary structure an function. http://www.cristina.prof.ufsc.
br/respiratorio/mcardle_pulmonary-struc-function-ch12-connection.pdf
Brian
JE, 2007. Breathing, Aerobic Conditioning and Gas Consumption.
Campbell
NA, Reece JB, and Mitchel LG. 2004. Biologi. Alih Bahasa : Wasmen Manalu.
Jakarta : Erlangga.
Danusastro
S. 1995. Aspek Aerofisiologi dalam penerbangan. Cermin Dunia Kedokteran
International Standar Seial Number 0125-913x :5-17
Ganong
WF. 1995. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-14. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,
EGC.
Guyton
AC. 1994. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara.
Setiadji
S, Nur BM, Gunawan B. 2008. Uji Faal Paru. Cermin Dunia Kedokteran 24: 7-11
Soewolo,
Basoeki S, Yudani T. 1999. Fisiologi Manusia. IMSTEP JICA- Universitas Negeri
Malang.
Wilmore and Haskel, 1972. Body
composition and endurance capacity of profesional football player. J. Appl
Physiol, 33:564
Komentar
Posting Komentar